Tuesday, April 9, 2013

Muslimah oleh Kanda SujaRiati


                                                          Bismillahirrahmanirrahim
                                “Muslimah”
 Oleh IMMawati Sujariati***
Semalam menitis air mata saya  ketika  sahabat saya mengatakan “kitalah yang harus menjaga dan meneruskan perjuangan ini sekalipun sahabat-sahabat yang sebelum ini bersama-sama kita tidak lagi bergandeng tangan”. Sejenak saya rasakan susahnya bila mau menjadi muslimah yang mau terus terlibat aktif dengan perjuangan. Bertambah susah lagi bila sudah mempunyai suami dan anak,.....astagfirullahaladzim.....,bagaimana saya bisa membina persepsi yang demikian,.....teringat saya pada satu ayat Al-Qu’ran : “ Mereka itu adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian mereka “ ( Al Baqarah 187 ). Justru seharusnya kedua-dua individu ini saling bertolak ansur, kuat menguatkan dalam mengarungi medan perjuangan ini. ALLAHUAKBAR,.... barulah akan tertunainya hasrat untuk melahirkan kehidupan islami.
                Lantas saya coba untuk menyorot kembali sirah perjuangan orang-orang yang terdahulu. Banyaknya muslimah yang saya jumpai mampu menjadi seorang istri dan pejuang yang tangguh, di antaranya adalah isteri baginda rasulullah S.A.W sendiri, Khadijah ra, memberikan segenap jiwa dan raganya demi perjuangan dakwah  tanpa mengabaikan tugas-tugasnya sebagai seorang istri sekaligus ibu kepada anak-anak Rasulullah s.a.w. karena itulah kewafatannya amat dirasai dan ditangisi oleh baginda. Teman seperjuangan yang hilangnya tiada ganti. Lalu saya coba untuk berfikir dimana kedudukan kita ???
                Saya teruskan pencarian saya dan saya temui sejarah wanita lain yaitu wanita ansar yang diberkati; Nawwar binti malik. Janda tinggalan Tsabit bin Dahkak alkahazraji. Ibu kepada pemimpin pakar qurra’, pakar faraid, mufti kota Madinah dan yang paling masyhur sipenulis wahyu Rasulullah s.a.w. itulah Zaid bin Tsabit. Saya tertegun bila membaca tentang bagaimana si ibu ini berlandaskan kecintaan kepada agama yang mulia ini berjaya mendidik si anak sehingga menjadi insan yang terbilang tanpa dia sendiri (gugur) daripada landasan perjuangan. Kemudian saya coba mengambil ruh perjuangan tinggalan mujahidah perindu syurga ; khaulah binti al azwar. Saya ingatkan pada diri saya kata-kata sang mujahidah sejati ketika memberi kata-kata perangsang kepada sahabat-sahabatnya.” Wahai sahabat-sahabatku yang sedang berjuang dijalan Allah, apakah kamu sanggup menjadi tukang pijit orang-orang kafir ? apakah kamu sanggup menjadi hamba orang-orang kafir yang dilaknati ? relakah kamu dihina dan dicaci oleh bangsa mereka yang durjana itu ? dimanakah letaknya harga diri kamu sebagai seorang pejuang yang katanya merindukan syurga ALLAH ? dimanakah letaknya kehormatanmu sebagai seorang islam yang bertaqwa ? sesungguhnya mati itu lebih baik bagi kita daripada menjadi hamba-hamba orang Qurais”.
                Kata-kata ini di ucapkan ketika mereka dikurung dalam satu peperangan sahura. Beliau terus membakar semangat sahabat-sahabatnya sehingga akhirnya mereka satu suara menentang pengawal-pengawal itu. Dan sebelum bertindak Khaulah telah berpesan “ Janganlah kamu sesekali gentar dan takut, kita semua harus bersatu dalam perjuangan dan jangan ada yang terkecuali. Patahkan tombak mereka !!! Hancurkan pedang mereka !!! Perbanyaklah takbir serta kuatkan hati !!! Insya Allah pertolongan ALLAH sudah dekat. “
                Kata seorang penyair : ” wanita diciptakan bukan dari bagian kepala, karena dia diciptakan bukan untuk menjadi pemimpin keluarga, dia juga diciptakan bukan dari bagian kaki karena dia bukan untuk di pijak-pijak, akan tetapi dia diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dengan hati karena untuk disayangi dan di lindungi. “ Ya, kita diciptakan untuk berada disebelah si suami untuk membantu perjuangannya, bukan untuk menjadi “ queen control “. Itulah istimewanya wanita. Diangkat oleh islam dari tempat yang paling hina di zaman jahiliah dahulu kala.
                Saya tidak mampu untuk mengulas panjang lebar karena saya bukan ahli dari golongan mereka yang berstatus isteri, tetapi saya harus menulis untuk memberi pesanan kepada diri dan untuk mematikan persepsi : “ bahwa seorang muslimah bila sudah menikah, performancenya akan jadi slow “ “ muslimah sebelum menikah berjanji tetap menjadi bagian dalam perjuangan tapi bila sudah menikah, lenyap dan lesap dimamah oleh waktu”.
                Sedih betul saya bila mendengar bisikan-bisikan seperti ini. Membuatkan saya menjadi takut, bimbang dan gelisah untuk bertemu dengan alam itu. Takut untuk menjadi golongan yang disebut futur atau mutasaqit. Karena sekarang bukan mudah mencari orang yang faham kehendak kita dan perjuangan. Sebenarnya muslimah ada pilihan, dan mereka berhak untuk memilih. Cuma disana ada perbatasan yang tidak harus dilupakan.
                Saya senang untuk melihat contoh-contoh didepan saya, muslimah yang walaupun sudah berumah tangga tetapi tetap dekat dengan perjuangan. Terus berjuang sekalipun diri bergelar seorang istri........., Wahai  muslimah,.... Pilihlah untuk menjadi yang paling bermanfaat, untuk suami, anak-anak dan perjuangan melangsungkan rantaian dakwah tinggalan Rasulullah !!!. itulah Muslimah sejati....
Mutiara kata : “Empat perkara diantara kebahagiaan seseorang yaitu hendaklah isterinya seorang yang shalihah, anak-anak yang baik, kawan-kawan yang jujur dan sumber rezeki dari negeri sendiri” ( Riwayat Ad-Dailami ).
Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat
***Bendahara 1 PC.IMM Kota Makassar

No comments:

Post a Comment