Thursday, April 4, 2013

IMM SEBAGAI GERAKAN PROFETIK


                        Bismillahirrahmanirrahim
                                      IMM Sebagai Gerakan Profetik”
 Oleh IMMawan Yusri Abadi***

Istilah profetik berasal dari kata prophet yang berarti Nabi. Kata profetik juga menjadi ikon dalam perjuangan pembebasan yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan Amerika Latin. Nabi adalah seorang manusia pilihan yang sadar sepenuhnya dengan tanggung jawab sosial. Ia bekerja kembali dalam lintas waktu sejarah, hidup dalam realitas sosial kemanusiaan dan melakukan kerja-kerja transformasi sosial. Seorang Nabi datang dengan membawa cita-cita perubahan dan semangat revolusioner. Pada dasarnya, para Nabi dan rasul memiliki teori sosial yang digunakan untuk melakukan analisis dalam gerakan perubahan sosial yang mereka lakukan. Dengan petunjuk dari Allah SWT melelui wahyu, mereka tidak hanya menyerukan agar manusia beribadah kepada Allah saja. Akan tetapi,  mereka juga melakukan perubahan-perubahan di masyarakat yang tidak berhubungan secara langsung dengan praktek peribadatan. Mereka juga melakukan perubahan paradigma baru dalam membangaun masyarakat untuk mencapai masyarakat yang sejahtera di dunia dan selamat di akhirat. Oleh karena itu, Nabi dan Rasul merupakan contoh real dari agents of social change par excellence.
Gerakan profetik IMM bukanlah gerakan yang ingin menyeret realitas masyarakat Islam indonesia kontemporer kembali ke realitas zaman Nabi Muhammad SAW. Gerekan profetik hanya menyerap nilai-nilai yang dituangkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an dan hadis untuk dikontekstualisasikan secara humanis pada kondisi kekinian. Melalui gerakan Profetik inilah, nilai-nilai keagamaan yang universal akan teraktualisasi dalam realitas kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang real, sehingga realitas keadilan yang selama ini kita perjuangkan dapat termanifestasi dalam bentuk nilai keadilan yang sesungguhnya. Humanisme yang diyakini oleh gerakan profetik adalah humanisme yang bermartabat dengan menjunjung tinggi keadilan sebagai prinsip utama kehidupaan. Manusia memiliki hak yang sama untuk melakukan/mendapatkan dan tidak melakukan/tidak mendapatkan sesuatu. Tidak ada yang memiliki hak lebih dibanding yang lainnya. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk melawan setiap kemungkaran. Setiap manusia juga senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik (ma’ruf). Hal ini sebagaimana diterangkan dalam Q.S Al-Imran ayat 110:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” .  (Q.S Al-Imran :110)
Dalam konteks gerakan profetik IMM,  amar  ma’ruf adalah menegakkan pondasi-pondasi keadilan baik secara individu maupunn kolektif. Sedangkan nahi munkar adalah melawan segala bentuk sistem, struktur, maupun nilai yang menghembuskan nafas ketidakadilan. Gerakan profetik IMM juga menjunjung tinggi rasionalitas  sebagai potensi terbesar manusia. Melalui daya rasional inilah manusia dapat mengetahui, memehami, merefleksikan,dan mengkreasikan sesuatu. Tanpa daya rasional, manusia tak ubahnya hewan yang hanya mengenal makanan dan berkembang biak. Daya rasional dimaksudkan untuk mengkreasi dan mendinamisasi kehidupan manusia. Melalui daya rasional, tiap-tiap problematika sosial tidak disikapi secara reaksioner, anarkis, dan sporadis, akan tetapi berdasarkan analisis yang mendalam sehingga menghasilkan sebuah penyikapan yang bersifat visioner dan berkesinambungan. Daya rasional inilah nantinya yang akan mendialektikakan nilai-nilai propetis dengan nilai-nilai diluar dirinya.
Daya rasional akan terus terinternalisasi sehingga terjadi penyempurnaan–penyempurnaan konsep gerakan yang sesuai dengan konteks zaman. Mujtahid-mujtahid yang mencerahkan pada akhirnya akan muncul dalam setiap level ikatan. Gerakan profetik IMM juga tidak bermaksud untuk menyeragamkan karena keanekaragaman merupakan musuh besar bagi kemajuan peradaban dan penciptaan keadilan. Gerakan profetik IMM hanya meletakkan paradigma epistimologi dan tujuan gerakan. Pada dimensi metodologi diserahkan sepenuhnya pada locus-locus sesuai dengan khasanah lokal masing-masing. Dasar epistemologi gerakan profetik adalah panggilan iman untuk meneruskan tugas-tugas kenabian yang mulia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan demi pencerahan dan pembebasan manusia. Sedangkan aksiologinya didasarkan kepada misi meningkatkan harkat dan martabat manusia serta derajat kemanusiaan yang semestinya.
Memassifikasikan paradigma gerakan profetik dalam IMM memiliki konsekuensi untuk melahirkan profil-profil kader yang memiliki karakter profetik. Menurut zakiyuddin Baidhawy, kader profetik akan memiliki tiga karakteristik yang menonjol dalam dirinya, yaitu kader mujtahid dan kader mujahid. Mujtahid adalah kader-kader yang concent pada wilayah pembangunan konsep dan mengawasi visi gerakan agar teraktualisasi dalam wujud gerakan yang real. Sedangkan kader mujahid adalah kader-kader yang akan mentransformasikan konsep dan visi profetik dalam wujud gerakan dan bersinggungan secara langsung dengan realitas yang objektif. Kesempurnaan gerakan ikatan akan terwujud bila terjadi keseimbangan kuantitas dan kualitas antara para mujtahid dan mujahid yang dikader oleh struktur ikatan. Keseimbangan ini hanya akan diraih apabila ikatan memiliki dorongan yang kuat untuk mengembirakan program kaderisasi sebagai proyek abadi organisasi.
Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat
***Sekertaris Umum PC.IMM Kota Makassar

No comments:

Post a Comment