MAKALAH
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN OPERASI BENTUK
ALJABAR
MUSLIHA/ 14B07140
NURIFFAH/ 14B07141
NUR HASMAH HASAN/ 14B07142
SIRAJUDDIN/ 14B07143
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa meridhoi
segala aktivitas kita, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam Pembelajaran Operasi Bentuk Aljabar”, dapat
terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah
Problematika Pendidikan Matematika. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak
terlepas dari berbagai hambatan, namun semangat serta motivasi dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, patut dan sewajarnya penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis demi menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini tidak luput dari berbagai kekurangan sebagai akibat keterbatasan kemampuan.
Oleh karena itu, saran dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi
perbaikan dan penyempurnaan akan penulis terima dengan lapang dada demi
kesempurnaan makalah kami berikutnya. Hanya kepada Allah SWT kita memohon
rahmat dan hidayah dalam mengerjakan sesuatu. Semoga segala niat baik yang suci
serta usaha yang sungguh-sungguh disertai doa, mendapat ridho di sisi-Nya. Amin
Yaa Rabbal Alamin.
Makassar,
September 2014
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB. I. PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG ................................................................................. 1
B.
RUMUSAN
MASALAH ............................................................................ 4
C.
BATASAN
MASALAH .............................................................................. 4
BAB. II. PEMBAHASAN
A.
KOMPONEN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL................................ 5
B.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ............ 10
C.
PENERAPAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL............................... 11
D.
BENTUK
ALJABAR DAN OPERASI BENTUK ALJABAR ................. 13
E.
PENERAPAN
CTL DALAM OPERASI BENTUK ALJABAR .............. 14
BAB. III. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
............................................................................................ 22
B.
SARAN ........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat.
Baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam pembelajarannya di sekolah kita
harus memperhatikan perkembangan baik di masa lalu, masa sekarang, maupun
kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang.
Peranan penguasaan matematika dalam menunjang keberhasilan pembangunan
di bidang pendidikan sangat sentral karena penguasaan terhadap materi
matematika bagi anak didik baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah
adalah sangat penting karena penguasaan tersebut akan menjadi sarana yang ampuh
untuk mempelajari mata pelajaran lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama
maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mengingat peranan matematika yang demikian penting, sehingga penguasaan
materi matematika secara baik dituntut bagi setiap siswa pada masing-masing
jenjang pendididkan, khususnya di tingkat SMP penguasaan materi cukup besar
peranannya bagi siswa baik untuk kelanjutan studinya maupun untuk pembentukan
kemampuan. Kemampuan berpikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Operasi bentuk aljabar merupakan konsep yang sangat
penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari matematika berikutnya. Kenyataan
di lapangan, banyak diantara siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal operasi bentuk aljabar khususnya yang berhubungan dengan penjumlahan
dan pengurangan bentuk aljabar. Hal itu lebih sering dirasakan oleh rekan-rekan
guru yang mengajar di SMA ataupun di SMK. Berdasarkan pengamatan, kesalahan
siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar terjadi karena kurangnya
pemahaman siswa tentang operasi bilangan bulat, siswa tidak paham tentang
suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis, siswa tidak paham bahwa hanya
suku-suku sejenis yang dapat dijumlahkan dan dikurangkan.
Salah satu yang
menjadi penyebab masalah tersebut karena para guru cenderung menggunakan cara mekanistik, yaitu
memberikan aturan secara langsung untuk di hafal, diingat dan diterapkan
sehingga siswa sulit untuk memahami konsep operasi bentuk aljabar.
Padahal dalam
pembelajaran matematika, para siswa sebaiknya dibiasakan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman
melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki
dari sekumpulan objek yang abstrak sehingga sebagai guru, sangat diharapkan
mampu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang cocok untuk satu bahan pelajaran. Penyampaian bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak
harus terus menerus dilaksanakan dalam
kelas, tetapi sesekali kita melaksanakan pembelajaran materi di luar kelas
sehingga dalam hal ini kualitas pembelajaran matematika diharapkan memberikan
hasil yang memuaskan.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal
menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif, sehingga perlu ada
pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna, yang penekanannya pada
masalah-masalah aktual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata
yang ada di masyarakat. Dan pendekatan pembelajaran yang cocok sebagai
solusi terhadap masalah di atas
adalah pembelajaran kontekstual (CTL).
Pendekatan Kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar
yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.
Pembelajaran tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada
siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari
akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih
semangat dan penuh kesadaran.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hasanuddin
(2007) yang menemukan bahwa “pendekatan pembelajaran CTL merupakan satu cara
pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.”
Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah
memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan
keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar mengalami
dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi
sendiri. Dengan demikian, siswa akan
lebih produktif dan inovatif.
Berdasarkan uraian di
atas, maka kami mencoba menyusun makalah yang ditiitikberatkan pada upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran operasi bentuk aljabar bagi siswa melalui
pembelajaran CTL yang berjudul “Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Operasi Bentuk Aljabar”
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dirumuskan masalah yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut : “Bagaimana
Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam Pembelajaran
Operasi Bentuk Aljabar”
C. BATASAN ISTILAH
Yang dimaksud dengan Kontekstual dalam makalah ini adalah sebuah
strategi pembelajaran dengan menggunakan atau memanfaatkan lingkungan yang
dekat dengan kehidupan anak didik agar pembelajaran berjalan lebih produktif
dan bermakna.
Yang dibahas dalam makalah ini adalah
Penerapan Pembelajaran kontekstual (CTL) dalam mengajarkan operasi
bentuk aljabar. Operasi bentuk aljabar yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah penjumlahan dan pengurangan suku-suku sejenis atau menyederhanakan bentuk
aljabar. Dalam mengajarkan ini guru menggunakan bantuan model yaitu benda-benda
atau gambar benda yang ada di sekitar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
CTL
(Contextual Teaching and learning) sebagai salah satu solusi atas permasalahan
pembela, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih daripada
sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks keadaan mereka sendiri. CTL
juga melibatkan para siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
A. KOMPONEN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kontekstual hanya
sebuah strategi pembelajaran, seperti halnya strategi pembelajaran yang lain,
kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
yaitu :
1.
Konstruktivisme
(construtivisme)
Construtivisme
(konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan
aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan filsofis ini dalam pembelajaran
yaitu ketika merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek
mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, mencipatakan ide
dan sebagainya.
2.
Menemukan
(inquiry)
Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siwa diharapkan bukan mengingat seperangkat fakta
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Penemuan (inquiry) merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 200: 75).
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
- Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept”
pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka .
- Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri.
- Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
- Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.
- Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
- Memberi kebebasan siswa untuk bekerja sendiri.
- Dapat menghindari siswa dari cara belajar yang
tradisional.
- Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
3.
Bertanya
(quenstioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Dalam
pembelajaran produktif, kegiatan
bertanya berguna
untuk :
1) Menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis.
2)
Mengecek
pemahaman siswa.
3)
Membangkitkan
respon kepada siswa.
4)
Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa.
5)
Mengetahui
hal-hal yang sudah diketahui siswa.
6)
Memfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7)
Untuk
membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa.
8)
Untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4.
Masyarakat
belajar (Learning community)
Konsep learning
community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dengan kerjasama
dengan orang lain. Metode
pembelajaran diperoleh dengan teknik masyarakat belajar sangat membantu proses
pembelajaran di kelas.
Prakteknya dalam
pembelajaran terwujud dalam :
1)
Pembentukan
kelompok kecil.
2)
Pembentukan
kelompok besar.
3)
Mendatangkan
ahli kelas.
4)
Bekerja
dengan kelas sederajat.
5) Bekerja kelompok
dengan kelas di atasnya.
6)
Bekerja
dengan masyarakat.
5.
Pemodelan
(modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertetu, ada
model yang bisa ditiru. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, model
juga dapat dirancang dengan mendatangkan model dari luar.
6.
Refleksi
(reflection)
Refleksi adalah cara
berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran
berakhir, siswa merenung tentang apa yang baru saja dipelajarinya.
7.
Penilaian
yang sebenarnya (authentic assement)
Assesement
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa, yang perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan, maka guru
segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan
belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran. Karakteristik authentic
assesement yaitu :
1) Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2)
Bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif
3)
Yang
diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4)
Berkesinambungan
5)
Terintegrasi
6)
Dapat
digunakan sebagai feed back.
Dalam mempraktekkan pembelajaran kontekstual, maka ada lima elemen
belajar yang konstruktivistik yang perlu diperhatikan sebagaimana yang
dinyatakan oleh Zahorik (Nurhadi,2002) bahwa ada lima
elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran konstektual yaitu :
a.
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
b. Memperoleh
pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara
keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya
c. Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep
sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3), konsep itu direvisi dan
dikembangkan
d.
Mempraktekkan
pengetahuan dan pemahaman tersebut (Applying
knowledge)
e. Melakukan
refleksi (reflection knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan
tersebut.
B. LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
CTL dapat diterapkan
dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
Kegiatan inquiri dalam makalah ini bagaimana siswa menemukan sendiri
cara menyederhanakan bentuk aljabar
dengan menggunakan ubin aljabar.
3.
Kembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya.
Pada
saat kerja kelompok, kelompok yang satu boleh bertanya ke kelompok lain.
4.
Ciptakan masyarakat belajar.
Siswa
dibagi beberapa kelompok
5.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Model
yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Siswa
tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar dengan menggunakan
ubin aljabar sedang siswa yang lain memperhatikan bagaimana model tersebut.
6.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap
kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta untuk membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Penilaian di lakukan pada saat
siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil kerja mereka dan hasil karya
mereka.
C. PENERAPAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Untuk menerapkan pembelajaran
kontekstual, guru perlu memegang prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. Merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa. Artinya, Isi
kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi
sosial, emosional, dan perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan
karakteristik individual lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya
siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya,
apa yang dipelajari dan dilakukan oleh siswa SMP tentunya akan berbeda dengan
siswa SMA (Kilmer,2001 dalam Nurhadi,dkk,2003).
b.
Membentuk
kelompok belajar yang saling tergantung (Independent Learning Groups). Artinya,
siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan
belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
c.
Menyediakan
lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self regulated learning).
d. Mempertimbangkan
keragaman siswa (diversity of students). Artinya, di dalam kelas harus mengajar
siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial, ekonomi, bahasa utama yang dipakai di
rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e. Memperhatikan multi
intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya, dalam pembelajaran
kontekstual guru harus memerhatikan kebutuhan dan kecerdasan yang di miliki
siswa yang meliputi: (1). kecerdasan verbal linguistic adalah kemampuan untuk
menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan; (2)
kecerdasan logis matematis adalah kemampuan menggunakan angka secara efektif
dan penalaran secara baik; (3) kecerdasan fisual spasial adalah kemampuan untuk
mempersepsi pola, ruang, warna, garis, dan bentuk serta mewujudkan gagasan
fisual dan keruangan secara grafis; (4)
kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggerakkan badan untuk mengespresikan
gagasan dan perasaan serta menyelesaikan problem; (5) kecerdasan musik adalah
kemampuan memahami menyusun pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan Intra
pribadi adalah kemampuan memahami diri dan bertindak sesuai kemampuanya; (7)
kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan memahami perasaan, maksud dan
memotifasi orang lain; (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan
mengklasifikasikan tanaman, barang tambang, dan binatang.
D. BENTUK
ALJABAR DAN OPERASI BENTUK ALJABAR
Bentuk aljabar dalam
pembelajaran matematika SMP adalah ungkapan atau algebraic expression yaitu suatu
bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf yang mewakili
sesuatu yang belum diketahui. Berikut ini adalah istilah-istilah dan hal-hal
yang terkait dengan bentuk aljabar dan operasi bentuk aljabar.
1.
Lambang
Aljabar
Lambang
aljabar adalah suatu tempat bagi bilangan-bilangan atau lambang yang mewakili
bilangan-bilangan. Pada sebarang lambang aljabar dapat diberi nilai tertentu
sesuai persyaratan yang dikehendaki. Operasi atau relasi pada lambang-lambang
aljabar mengikuti aturan-aturan tertentu. Beberapa kesepakatan dasar penulisan
lambang aljabar sebagai berikut:
a.
Tanda
operasi kali tidak ditulis
b.
Lambang
yang ditulis berdekatan diartikan sebagai perkalian
2.
Variabel
Salah
satu lambang aljabar adalah variabel aljabar lambang atau gabungan lambang yang
mewakili sebarang anggota dalam himpunan semestanya.
3.
Konstanta
Konstanta
aljabar adalah lambang aljabar yang menunjuk anggota tertentu (berupa bilangan)
dalam himpunan semestanya.
4.
Koefisien
Koefisien
adalah bilangan di depan variabel yang menyatakan banyaknya variabel.
5.
Suku
Suku
aljabar adalah seperangkat lambang aljabar yang memuat variabel atau konstanta.
Dua buah suku atau lebiah pada suatu bentuk alajabar biasanya dipisahkan oleh
opearator. Suku-suku ada yang sejenis ada juga yang tidak sejenis. Suku sejenis
adalah suku yang mempunyai variabel yang persis sama yaitu berpangkat sama dan
jika merupakan hasil perkalian dua variabel maka komponen pembentuknya persis
sama.
Suku-suku pada bentuk
aljabar dapat dioperasikan. Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan hanya
dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis.
E. MENERAPKAN PEMBELAJARAN CTL DALAM MENGAJARKAN OPERASI BENTUK ALJABAR
Pada awal pembelajaran,
guru memberikan apersepsi dengan menanyakan jumlah siswa putra dan jumlah siswa
putri. Guru menanyakan jumlah dan selisih buku yang dibawa siswa putra dan
siswa putri jika masing-masing membawa dengan ketentuan jumlah yang berbeda.
Kemudian siswa diingatkan kembali tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan serta bentuk dan unsur-unsur aljabar. Kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah direncanakan. Tiap kelompok diberi
tugas menyelesaikan Lembar Kerja yang telah disiapkan guru. Sebelum
mengerjakan, siswa diberi petunjuk cara menyelesaikan Lembar Kerja dengan
menggunakan benda-benda yang ada di sekitar maupun gambar yang dianggap
mewakili benda-benda tersebut.
Petunjuk menyelesaikan
operasi pada bentuk aljabar dengan menggunakan gambar benda atau benda aslinya
adalah sebagai berikut:
Misalkan benda tersebut adalah kotak, kaleng dan bola. Adapun nilai benda-benda tersebut adalah sebagai berikut:
- 1 menyatakan sebuah bola
-
x menyatakan banyaknya bola
dalam satu kotak ( tiap kotak berisi bola dengan jumlah sama )
-
y menyatakan banyaknya bola
dalam satu kaleng ( tiap kaleng berisi bola dengan jumlah sama )
- benda yang berwarna
menunjukkan nilai positif dan benda yang tidak berwarna menunjukkan nilai
negatif
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran operasi
bentuk aljabar sebagai berikut:
1. Membangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Berusaha melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
Kegiatan inquiri dalam makalah ini bagaimana siswa menemukan sendiri
cara menyederhanakan bentuk aljabar
dengan menggunakan benda-benda ataupun gambar benda yang ada dalam kehidupan
sehari-hari para siswa.
3. Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
pada saat kerja kelompok, kelompok yang satu boleh
bertanya ke kelompok lain.
4.
Menciptakan masyarakat belajar,
Siswa
dibagi beberapa kelompok
5.
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Model
yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Siswa
tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar dengan menggunakan
benda-benda atau gambar benda sedang siswa yang lain memperhatikan bagaimana
model tersebut.
6.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap
kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta untuk membuat
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7.
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Penilain
di lakukan pada saat siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil kerja mereka
dan hasil karya mereka.
B. SARAN
Dengan adanya
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) diharapkan guru dapat
menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan pemahaman belajar matematika siswa khususnya dalam
mengajarkan operasi bentuk aljabar dengan menggunakan model berupa berupa
benda-benda atau gambar benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
makasih... bermanfaat untuk saya
ReplyDeletesekalian ijin copas
trimakasih... sangat bermanfaat banget
ReplyDeletesemoga semakin sukses....
Terima Kasih atas infonya.
ReplyDeletealifqofrahamzah.blogspot.co.id
minta ijin copas...moga mendapat imbalan yang setimpal dari Allah buat penulis.
ReplyDeletesebelumnya terimakasih kak
ReplyDeletetapi apakah boleh saya meminta daftar pustakanya untuk referensi buku saya
izin copas bu nur.
ReplyDeleteterimakasih
IZIN COPAS YA......TERIMA KASIH YA....SEMOGA DI BALAS OLEH ALLAH..
ReplyDeleteizin copas ya utk referensi, terima kasih
ReplyDeleteSemoga bermanfaat semua, alhamdulillah bisa membantu
ReplyDelete