Friday, October 10, 2014

Motivating Students to Learn

Paper : Educational Psychology
MOTIVATING STUDENTS TO LEARN

(Pemotivasian Siswa untuk Belajar)

By :

Kelompok IV

Asra Nasriati, S.Pd
Asmirandah, S.Pd
Nur Iffah, S.Pd
Sahrul Irwansyah, S.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2014

KATA PENGANTAR
basmalah 12.jpg
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Robb yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Adapun judul makalah ini adalah “Pemotivasian Siswa untuk Belajar”.
            Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami sadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kepada semua pihak agar dapat memakluminya, adanya kritik dan saran tentu sangat kami harapkan demi pembelajaran serta kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
            Ucapan terimakasih tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini. Semoga  makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, para mahasiswa dan khususnya kami sebagai penulis.
Makassar, 16 Dzulhijjah 1435 H
10 Oktober 2014 M


                                                                                                                          Kelompok IV

                                                                                                    


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Apa saja yang diperbuat oleh manusia, yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya ataupun yang tidak mengandung resiko selalu ada motivasinya. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, masalah terbesar yang dialami oleh para guru dan siswa-siswi adalah motivasi. Umumnya guru berharap agar siswa dapat memanfaatkan bakat dan waktunya selama berada di sekolah sehingga tujuan belajar tercapai secara maksimum, sedangkan bagi siswa (menyadari/tidak) akan berusaha mengembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki. Sayangnya sering kali dalam praktek, tujuan guru sering tidak sesuai atau berbeda dengan apa yang ada dalam diri siswa, sehingga motivasi tidak berkembang malah diabaikan.
Seperti analogi berikut, “Kita dapat menggiring kuda ke air, tetapi kita tak dapat memaksa kuda untuk minum”. Hal yang sama akan terjadi bila dalam suatu kelas ada beberapa siswa benci ke sekolah, malas mengerjakan tugas-tugas dan menganggap dirinya bodoh, sebaliknya ada beberapa siswa yang senang belajar, aktif dalam kegiatan belajar. Jika guru mencoba memotivasi siswa dengan teknik yang sama, maka beberapa siswa akan merasa dibangkitkan tetapi yang lain merasa dimatikan motivasinya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu : Definisi motivasi, beberapa teori motivasi, cara peningkatan motivasi berprestasi, cara peningkatan motivasi belajar siswa dan cara guru memberikan penghargaan terhadap kinerja, upaya dan perbaikan.
C.     Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari motivasi, beberapa teori motivasi, cara peningkatan motivasi berprestasi, cara peningkatan motivasi belajar siswa dan cara guru memberikan penghargaan terhadap kinerja, upaya dan perbaikan.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Definisi Motivasi
Motivasi adalah salah satu komponen yang paling penting dari belajar, motivasi juga merupakan salah satu yang paling sulit untuk diukur. Apa yang membuat siswa ingin belajar? Kemauan untuk menempatkan usaha dalam belajar adalah produk dari banyak faktor, mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan untuk belajar karakteristik tugas tertentu, dorongan untuk belajar, pengaturan dan perilaku guru.
Semua siswa termotivasi. Pertanyaan-pertanyaan ini misalnya: termotivasi untuk melakukan apa? Beberapa siswa lebih termotivasi untuk bersosialisasi atau menonton televisi daripada untuk mengerjakan tugas sekolah. Tugas guru sebagai pendidik adalah menemukan, menggugah dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dan terlibat dalam aktifitas yang menuju pada pembelajaran.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1988; Schunk, 1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan arah mana yang hendak anda perbuat.  Motivasi dapat bervariasi dalam intensitas dan arah. Misalnya jika orang lapar ke arah mana dia bertingkah laku... (diam saja atau mencari makanan). Gage dan Barliner (1984) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (arah), meskipun intensitas dan arah sering sulit dipisahkan. Motivasi dapat merupakan suatu sifat pribadi dan kepribadian seseorang. Motivasi dapat timbul dari karakteristik-karakteristik intrinsik (ciri-ciri yang ada dalam suatu tugas). Motivasi juga dapat timbul dari sumber-sumber motivasi di luar tugas tersebut, misalnya pada saat guru tersebut memberi nilai atas makalah siswa.
2.      Teori Motivasi
Bab ini menyajikan teori-teori kontemporer motivasi, yang melihat untuk menjelaskan mengapa orang termotivasi untuk melakukan apa yang mereka lakukan. Selanjutnya penggunaan kelas insentif, untuk belajar dan menyajikan strategi untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
a.       Motivasi dan Teori Pembelajaran Behavioristik
Motivasi merupakan konsekuensi dari penguatan (reinforcement), menurut teori ini, perilaku yang memperoleh penguatan di masa lalu lebih memiliki peluang untuk diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Teori Behavioristik lebih berfokus pada seberapa jauh siswa mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995) .
b.      Motivasi dan Kebutuhan Manusia
Motivasi merupakan ukuran kebutuhan manusia. Satu konsep yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs (rasa aman, cinta dan harga diri) adalah menyangkut fisik dan psikis. Kebutuhan ini harus dipuaskan, tetapi sekali dipuaskan, motivasi seorang untuk kebutuhan ini hilang. Sebaliknya growth needs seperti kebutuhan untuk ingin tahu dan mengerti, kebutuhan untuk keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri tidak pernah dipuaskan seluruhnya. Self-actualization menurut istilah Maslow adalah pemenuhan dirinya sendiri dan realisasi dari potensi pribadi. Aktualisasi diri didefinisikan sebagai “the desire to become everything that one is capable of becoming” (keinginan menjadi apapun yang ingin dia lakukan). Self-actualization dicirikan dengan menerima dirinya sendiri dan orang lain, spontan, terbuka, hubungannya dengan orang lain relatif dalam tetapi "demokratis", kreatif, punya rasa humor dan mandiri. Maslow menempatkan self-actualization paling atas dari hierarki kebutuhan manusia. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini diakui oleh Maslow (1968), yang memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa mencapai aktualisasi diri.

 
Implikasi Teori Maslow dalam Pendidikan. Pentingnya teori Maslow dalam Pendidikan terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Sekolah atau lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan dasar siswa tidak dipenuhi, misalnya siswa lapar, belajar akan terganggu, sehingga sekolah atau lembaga pemerintahan dapat mengatasinya dengan memberikan makan pagi gratis. 
Di sekolah kebutuhan dasar paling penting kemungkinan adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memilki motivasi kuat untuk mencapai tujuan perkembangan yang tingkatnya lebih tinggi.
c.       Motivasi dan Teori Atribusi
Teori Atribusi yang dipaparkan oleh Graham, 1991; Hunter dan Baker, 1989; Weiner, 1992, 1994 mencoba memahami penjelasan seseorang mengenai keberhasilan atau kegagalannya. Asumsi utama dari teori atribusi adalah bahwa orang berupaya mempertahankan gambaran diri positif. Jika siswa berhasil dalam suatu kegiatan, siswa tersebut cenderung menghubungkan keberhasilan itu dengan kemampuannya, sedangkan bila gagal mereka percaya bahwa kegagalan itu dikarenakan faktor-faktor yang tak dapat dikontrol. Apabila mengakui bahwa kinerja buruknya itu karena kesalahannya sendiri, ia memberikan alasan bahwa hal tersebut karena kelengahnnya sendiri, kelemahan motivasi atau atensi (minat) sesaat berkaitan dengan unit pelajaran itu.
Teori Atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk sukses dan gagal dalam prestasi, yaitu:
-          Kemampuan,
-          Usaha,
-          Tugas yang sulit, dan
-          Keberuntungan atau nasib
Kemampuan dan usaha adalah dari dalam (internal) dan tugas yang sulit dan nasib adalah dari luar (eksternal). Kemampuan tidak sama dengan usaha. Kemampuan ada hubungan dengan stabil artinya tak dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubah. Persamaan antara kemampuan dan usaha adalah bahwa jika ada tugas yang sulit kemudian diusahakan dengan sungguh-sungguh akan berhasil dan ini lebih penting untuk membentuk sifat yang stabil. Keberuntungan tidak stabil dan tidak dapat diramalkan.
Text Box: Tabel Abstribusi Kesuksesan dan Kegagalan

Locus Of Control
Kestabilan
Stabil
Tidak Stabil
Internal
Sukses
Gagal
Kemampuan
“Saya Pandai”
“Saya Bodoh”
Usaha
“Saya Berusaha Keras”
“Saya tidak Berusaha”
Eksternal
Sukses
Gagal
Tugas yang Sulit
“Tugas itu Mudah”
“Tugas itu Sangat Sulit”
Keberuntungan (Nasib)
“Saya Beruntung”
“Saya Tidak Beruntung”

Satu konsep yang penting dalam teori Atribusi adalah lokus kendali atau locus of control (Rotter, 1954). Seseorang dengan kendali diri internal adalah orang yang percaya bahwa berhasil atau gagal dikerenakan upaya atau kemampuannya sendiri, sering disebut keyakinan kendali diri atau self effisiency, keyakinan bahwa perilaku sendiri itulah yang menyebabkan gagal atau berhasil.
d.      Motivasi dan Teori Harapan
Edward (1954) dan kemudian Atkinson (1964) mengembangkan teori motivasi berdasarkan pada rumus berikut ini:

Rumus itu disebut model harapan atau model variasi harapan (expectancy-valency model). Teori ini memiliki implikasi bahwa motivasi orang untuk mencapai sesuatu bergantung kepada hasil kali estimasi peluang berhasil mereka (Ps) dan nilai penghargaan yang akan mereka terima atas keberhasilan (Is).
Atkinson (1964) menambahkan satu aspek penting pada teori harapan ialah bahwa di bawah kondisi kemungkinan akan sukses begitu besar akan merusak motivasi. Implikasi yang paling penting dari teori harapan untuk pendidikan adalah pendapat yang masuk akal bahwa tugas-tugas untuk siswa seharusnya tidak begitu mudah dan tidak juga begitu sulit. Atau dapat dikatakan sistem penilaian harus dimulai dengan tepat sehingga mendapatkan nilai A sulit (tetapi mungkin) untuk dapat dikerjakan begi sebanyak mungkin siswa dan mendapatkan nilai rendah bagi siswa yang sedikit berusaha. Sukses harus berada dalam jangkauan, namun tidak mudah dicapai oleh seluruh siswa.
3.      Cara Peningkatan Motivasi Berprestasi
Menurut McClleland dan Atkinson (1948), motivasi yang penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cendrung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Tidak mengherankan siswa yang motivasinya untuk berprestasi tinggi cenderung sukses dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah (Wendt, 1955; French dan Tomas, 1958; Kestenbaum, 1970). Meskipun demikian, rasanya tidak jelas yang manakah yang menyebabkan, apakah motivasi berprestasi tinggi membuat sukses di sekolah, atau sukses di sekolah (karena kemampuan atau faktor-faktor lain) membuat motivasi berprestasi tinggi. Kenyatannya, satu sama lain saling mendukung.
a.       Motivasi dan Orientasi Tujuan
Sejumlah siswa motivasinya terorientasi pada tujuan pembelajaran (learning goals) atau penuntasan tujuan (mastery goals), siswa yang lain berorientasi pada tujuan-tujuan penampilan (performance goals) (Ames, 1992; Dweck, 1986; Pintrich, Mark & Boyle, 1993). Siswa yang bekerja keras untuk tujuan-tujuan pembelajaran cenderung mengambil mata pelajaran sukar dan mencari tantangan, siswa dengan orientasi pada tujuan penampilan memfokuskan pada upaya mendapatkan nilai-nilai bagus, mengambil mata pelajaran mudah dan menghindari situasi yang menantang.
Implikasi paling penting dari penelitian tentang tujuan-tujuan belajar lawan tujuan-tujuan penampilan adalah bahwa guru hendaknya berusaha meyakinkan siswa bahwa maksud dari kerja akdemik adalah lebih terletak pada belajar bukan pada penampilan atau nilai.
b.      Ketidakberdayaan Belajar dan Pelatihan Atribusi
Satu bentuk ekstrim dari motivasi untuk menghindari kegagalan disebut ketakberdayaan belajar atau learned helplessness, yang merupakan persepsi bahwa apapun yang dilakukan oleh seseorang, orang itu telah ditakdirkan untuk gagal atau tidak berhasil. Dalam tatanan akademik, ketakberdayaan belajar dapat dihubungkan dengan penjelasan stabil kegagalan.
Ketakberdayaan belajar ini dapat timbul dari asuhan atau didikan anak (Hokoda & Flocinan, 1995) namun juga dapat terjadi dari penggunaan penghargaan dan hukuman yang tidak konsisten yang dilakukan guru, menyebabkan siswa yakin bahwa sedikit yang dapat mereka lakukan agar berhasil. Ketakberdayaan belajar dapat dihindari atau dikurangi dengan memberi siswa kesempatan untuk berhasil dengan langkah-langkah kecil, umpan balik segera, dan yang paling penting harapan dan tindak lanjut yang konsisten (Aldermen, 1990).
c.       Harapan Guru dan Prestasi Belajar
Ada beberapa cara implisit yang dapat digunakan para guru dalam mengkomunikasikan harapan-harapan positif dari siswa mereka (atau menghindari harapan-harapan negatif).
-       Menunggu siswa untuk merespon: Rower (1974) dan lain-lainnya telah mencatat bahwa guru bersedia menunggu lebih lama untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari siswa terhadap siapa guru itu memiliki harapan tinggi dibandingkan dengan saat menunggu siswa lain. Waktu tunggu yang lebih lama dapat mengkomunikasikan harapan tinggi dan meningkatkan prestasi siswa (Tobin, 1986, 1987).
-       Menghindari pembedaan prestasi belajar di antara siswa yang tidak perlu. Misalnya hasil evaluasi dan nilai hendaknya merupakan hal yang bersifat pribadi di antara siswa dan guru mereka, bukan informasi untuk umum.
d.      Kecemasan dan Prestasi Belajar
Kecemasan dapat menghambat kinerja sekolah dalam beberapa cara (Naveh-Benjamin, 1991; Tobas, 1985). Siswa yang cemas, cenderung memiliki kesadaran diri yang berlebihan dalam setting kinerja, suatu perasaan yang dapat mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang ditangani. Guru dapat menerapkan banyak strategi untuk mengurangi dampak negatif kecemasan terhadap belajar dan kinerja. Misalnya menciptakan iklim kelas yang menerima, nyaman dan non kompetitif, memberi kesempatan siswa untuk membetulkan/memperbaiki pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan dan meniadakan tekanan waktu.
4.      Bagaimana Guru dapat Meningkatkan Motivasi Siswa untuk Belajar
a.       Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Sekolah perlu menerapkan berbagai macam insentif ekstrinsik, mengingat bahwa motivasi intrinsik siswa umumnya menurun mulai dari kelas-kelas awal sekolah dasar sampai sekolah menengah (Sethi, Drake, Dialdin & Lepper, 1995). Rentangan ganjaran ekstrinsik dapat mulai dari pujian, nilai pengakuan, hadiah atau penghargaan lain.

b.      Bagaimana Guru dapat Meningkatkan Motivasi Instrinsik
Guru dapat meningkatkan motivasi Intrinsik siswa dengan mengkaitkan materi pelajaran dengan latar belakang budaya siswa. Atau dengan memberikan siswa beberapa pilihan tentang apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka akan mempelajari materi itu (Kohn, 1993; Stipek, 1993).
Satu cara yang sangat bagus untuk meningkatkan minat siswa dalam suatu mata pelajaran adalah penggunaan permainan atau simulasi. Teams Games Tournament (TGT) misalnya dapat digunakan, permainan tim memberi kesempatan kepada teman setim untuk saling membantu. Apabila seluruh siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, seluruh tim memiliki peluang sama baiknya untuk berhasil (Slavin, 1995).
c.       Prinsip-prinsip dalam Pemberian Insentif untuk Belajar
-       Menyatakan harapan dengan jelas
-       Pemberian balikan yang jelas
-       Pemberian balikan segera
-       Pemberian balikan sering dilakukan
-       Peningkatan nilai dan adanya motivasi intrinsic
5.      Bagaimana Upaya Guru dapat Memberiakan Gajaran atas Kinerja,Upaya dan Peningkatan
Adapun upaya guru yaitu :
a.       Penggunaan Pujian secara efektif
Ganjaran kelas termasuk pujian akan berfungsi paling efektif bila ganjaran itu mengacu langsung pada kinerja, tugas, spesifik dan dapat dipercaya.
b.      Penggunaan Nilai sebagai Insentif
Balikan dan nilai dapat difungsikan sebagai insentif. Metode umum dalam pemberian ganjaran kepada upaya adalah dengan menghargai peningkatan siswa atas prestasinya yang lalu.
c.       Harapan-harapan Belajar Individual
Program Individual Learning Expectations (ILE). Ide program ini adalah menghargai siswa untuk peningkatan prestasi belajar. Program ILE menggunakan kuis, skor dasar awal, point peningkatan balikan, sertifikat dan perhitungan kembali skor dasar di samping nilai. Guru juga dapat menggunakan model belajar kooperatif yang lebih menekankan struktur tujuan kooperatif daripada struktur tujuan kompetitif dan memberikan ganjaran kepada upaya dan peningkatan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1988; Schunk, 1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan arah mana yang hendak anda perbuat.
2.      Teori-teori motivasi diantaranya adalah teori pembelajaran behavioristik, teori kebutuhan manusia, teori atribusi, dan teori harapan.
3.      Cara peningkatan motivasi berprestasi adalah cendrung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal,
4.      Cara peningkatan motivasi belajar siswa adalah mengkaitkan materi pelajaran dengan latar belakang budaya siswa, penggunaan permainan atau simulasi dll
5.      Cara guru memberikan penghargaan terhadap kinerja, upaya dan perbaikan adalah dengan penggunaan pujian secara efektif, penggunaan nilai sebagai intensif dan Program Individual Learning Expectations (ILE).
B.     Saran
Saran yang dapat diajukan dalam makalah ini, adalah perlunya bagi setiap pendidik untuk mengetahui definisi dan teori-teori dari motivasi, agar bisa memberikan motivasi yang berbeda untuk masalah pendidikan yang berbeda pula.


DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1997). Social Learning Theory. New York: General Learning Pres

Slavin,R,E .(2005). Educational Phsycology Theory and Practice Eight Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Slavin, R, E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Terjemahan oleh Marianto Samosir 2009. Jakarta : Indeks






No comments:

Post a Comment