Paper
: Educational Psychology
MOTIVATING STUDENTS TO LEARN
(Pemotivasian
Siswa untuk Belajar)
By :
Kelompok IV
Asra Nasriati, S.Pd
Asmirandah, S.Pd
Nur Iffah, S.Pd
Sahrul Irwansyah, S.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Robb yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Adapun judul makalah ini adalah “Pemotivasian Siswa untuk Belajar”.
Dalam penulisan
makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami sadari bahwa
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kepada semua pihak
agar dapat memakluminya, adanya kritik dan saran tentu sangat kami harapkan
demi pembelajaran serta kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapan terimakasih
tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
pembuatan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca, para mahasiswa dan khususnya kami sebagai
penulis.
Makassar, 16
Dzulhijjah 1435 H
10 Oktober 2014
M
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Apa saja yang diperbuat oleh manusia, yang penting maupun yang
kurang penting, yang berbahaya ataupun yang tidak mengandung resiko selalu ada
motivasinya. Begitu pula
dalam kegiatan belajar mengajar, masalah terbesar yang dialami oleh
para guru dan siswa-siswi adalah motivasi. Umumnya guru berharap agar siswa dapat
memanfaatkan bakat dan waktunya selama berada di sekolah sehingga tujuan
belajar tercapai secara maksimum, sedangkan bagi siswa (menyadari/tidak) akan
berusaha mengembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki. Sayangnya sering
kali dalam praktek, tujuan guru sering tidak sesuai atau berbeda dengan
apa yang ada dalam diri siswa, sehingga motivasi tidak
berkembang malah diabaikan.
Seperti
analogi berikut, “Kita dapat menggiring kuda ke air, tetapi kita tak dapat
memaksa kuda untuk minum”. Hal yang sama akan terjadi bila dalam suatu kelas
ada beberapa siswa benci ke sekolah, malas mengerjakan tugas-tugas dan
menganggap dirinya bodoh, sebaliknya ada beberapa siswa yang senang belajar,
aktif dalam kegiatan belajar. Jika guru mencoba memotivasi siswa dengan teknik
yang sama, maka beberapa siswa akan merasa dibangkitkan tetapi yang lain merasa
dimatikan motivasinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu : Definisi motivasi, beberapa teori motivasi, cara peningkatan motivasi
berprestasi, cara peningkatan motivasi belajar siswa dan cara guru memberikan
penghargaan terhadap kinerja, upaya dan perbaikan.
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah
ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari motivasi, beberapa teori motivasi, cara peningkatan motivasi
berprestasi, cara peningkatan motivasi belajar siswa dan cara guru memberikan
penghargaan terhadap kinerja, upaya dan perbaikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Motivasi
Motivasi adalah salah satu komponen yang paling penting dari
belajar, motivasi juga merupakan salah satu yang paling sulit untuk diukur. Apa
yang membuat siswa ingin belajar? Kemauan untuk menempatkan usaha dalam belajar
adalah produk dari banyak faktor, mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan
untuk belajar karakteristik tugas tertentu, dorongan untuk belajar, pengaturan
dan perilaku guru.
Semua siswa termotivasi. Pertanyaan-pertanyaan ini misalnya:
termotivasi untuk melakukan apa? Beberapa siswa lebih termotivasi untuk
bersosialisasi atau menonton televisi daripada untuk mengerjakan tugas sekolah.
Tugas guru sebagai pendidik adalah
menemukan, menggugah dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dan
terlibat dalam aktifitas yang menuju pada pembelajaran.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses
internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan
mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1988; Schunk,
1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat
dan menentukan arah mana yang hendak anda perbuat. Motivasi
dapat bervariasi dalam intensitas dan arah. Misalnya jika orang lapar ke arah
mana dia bertingkah laku... (diam saja atau mencari makanan). Gage dan Barliner
(1984) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (arah),
meskipun intensitas dan arah sering sulit dipisahkan. Motivasi dapat
merupakan suatu sifat pribadi dan kepribadian seseorang. Motivasi dapat timbul
dari karakteristik-karakteristik intrinsik (ciri-ciri yang ada dalam suatu
tugas). Motivasi juga dapat timbul dari sumber-sumber motivasi di luar tugas
tersebut, misalnya pada saat guru tersebut memberi nilai atas makalah siswa.
2.
Teori
Motivasi
Bab ini menyajikan teori-teori kontemporer motivasi, yang melihat
untuk menjelaskan mengapa orang termotivasi untuk melakukan apa yang mereka
lakukan. Selanjutnya penggunaan kelas insentif, untuk belajar dan menyajikan
strategi untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas
sekolah.
a.
Motivasi
dan Teori Pembelajaran Behavioristik
Motivasi merupakan konsekuensi dari
penguatan (reinforcement), menurut teori ini, perilaku yang memperoleh
penguatan di masa lalu lebih memiliki peluang untuk diulang dibandingkan dengan
perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Teori Behavioristik lebih berfokus pada
seberapa jauh siswa mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan
hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan
Wielkeiwicks, 1995) .
b.
Motivasi
dan Kebutuhan Manusia
Motivasi merupakan ukuran kebutuhan
manusia. Satu konsep yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs (rasa aman, cinta dan harga diri) adalah menyangkut fisik dan psikis. Kebutuhan
ini harus dipuaskan, tetapi sekali dipuaskan, motivasi seorang untuk kebutuhan
ini hilang. Sebaliknya growth
needs seperti kebutuhan untuk ingin tahu dan mengerti, kebutuhan
untuk keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri tidak pernah dipuaskan seluruhnya. Self-actualization menurut istilah Maslow adalah
pemenuhan dirinya sendiri dan realisasi dari potensi pribadi. Aktualisasi diri
didefinisikan sebagai “the desire to become everything that one is capable of
becoming” (keinginan menjadi
apapun yang ingin dia lakukan). Self-actualization dicirikan dengan menerima dirinya sendiri dan orang
lain, spontan, terbuka, hubungannya dengan orang lain relatif dalam tetapi
"demokratis", kreatif, punya rasa humor dan mandiri. Maslow
menempatkan self-actualization paling atas dari hierarki kebutuhan
manusia. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini diakui oleh Maslow (1968), yang
memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa mencapai
aktualisasi diri.
Implikasi Teori Maslow dalam Pendidikan. Pentingnya
teori Maslow dalam Pendidikan terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar
dan kebutuhan tumbuh. Sekolah atau lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila
kebutuhan dasar siswa tidak dipenuhi, misalnya siswa lapar, belajar akan
terganggu, sehingga sekolah atau lembaga pemerintahan dapat mengatasinya dengan
memberikan makan pagi gratis.
Di sekolah kebutuhan dasar paling
penting kemungkinan adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga
diri. Siswa yang tidak memiliki
perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memilki
motivasi kuat untuk mencapai tujuan perkembangan yang tingkatnya lebih tinggi.
c.
Motivasi
dan Teori Atribusi
Teori Atribusi yang dipaparkan oleh
Graham, 1991; Hunter dan Baker, 1989; Weiner, 1992, 1994 mencoba memahami
penjelasan seseorang mengenai keberhasilan atau kegagalannya.
Asumsi utama dari teori atribusi adalah bahwa orang berupaya mempertahankan
gambaran diri positif. Jika siswa berhasil dalam suatu kegiatan, siswa tersebut
cenderung menghubungkan keberhasilan itu dengan kemampuannya, sedangkan bila
gagal mereka percaya bahwa
kegagalan itu dikarenakan faktor-faktor yang tak dapat dikontrol. Apabila
mengakui bahwa kinerja buruknya itu karena kesalahannya sendiri, ia memberikan
alasan bahwa hal tersebut karena kelengahnnya sendiri, kelemahan motivasi atau
atensi (minat) sesaat berkaitan dengan unit pelajaran itu.
Teori Atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk
sukses dan gagal dalam prestasi, yaitu:
-
Kemampuan,
-
Usaha,
-
Tugas yang
sulit, dan
-
Keberuntungan atau
nasib
Kemampuan dan usaha adalah dari dalam
(internal) dan tugas yang sulit dan nasib adalah dari luar (eksternal).
Kemampuan tidak sama dengan usaha. Kemampuan ada hubungan dengan stabil artinya
tak dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubah. Persamaan antara kemampuan
dan usaha adalah bahwa jika ada
tugas yang sulit kemudian diusahakan dengan sungguh-sungguh akan berhasil dan
ini lebih penting untuk membentuk sifat yang stabil. Keberuntungan tidak stabil dan tidak dapat diramalkan.

Locus Of Control
|
Kestabilan
|
|
Stabil
|
Tidak Stabil
|
|
Internal
Sukses
Gagal
|
Kemampuan
“Saya Pandai”
“Saya Bodoh”
|
Usaha
“Saya Berusaha Keras”
“Saya tidak Berusaha”
|
Eksternal
Sukses
Gagal
|
Tugas yang Sulit
“Tugas itu Mudah”
“Tugas itu Sangat Sulit”
|
Keberuntungan (Nasib)
“Saya Beruntung”
“Saya Tidak Beruntung”
|
Satu
konsep yang penting dalam teori Atribusi adalah lokus kendali atau locus of control (Rotter, 1954). Seseorang dengan kendali diri internal adalah orang yang percaya bahwa
berhasil atau gagal dikerenakan upaya atau kemampuannya sendiri, sering disebut
keyakinan kendali diri atau self
effisiency, keyakinan bahwa
perilaku sendiri itulah yang menyebabkan gagal atau berhasil.
d.
Motivasi
dan Teori Harapan
Edward (1954) dan kemudian Atkinson
(1964) mengembangkan teori motivasi berdasarkan pada rumus berikut ini:
Rumus itu disebut model harapan atau
model variasi harapan (expectancy-valency model). Teori ini memiliki implikasi
bahwa motivasi orang untuk mencapai sesuatu bergantung kepada hasil kali
estimasi peluang berhasil mereka (Ps) dan nilai penghargaan yang
akan mereka terima atas keberhasilan (Is).
Atkinson (1964) menambahkan satu aspek
penting pada teori harapan ialah bahwa di bawah kondisi kemungkinan akan sukses
begitu besar akan merusak motivasi. Implikasi yang paling penting dari teori harapan untuk
pendidikan adalah pendapat yang masuk akal bahwa tugas-tugas untuk siswa
seharusnya tidak begitu mudah dan tidak juga begitu sulit. Atau dapat dikatakan
sistem penilaian harus dimulai dengan tepat sehingga mendapatkan nilai A sulit
(tetapi mungkin) untuk dapat dikerjakan begi sebanyak mungkin siswa dan
mendapatkan nilai rendah bagi siswa yang sedikit berusaha. Sukses harus berada
dalam jangkauan, namun tidak mudah dicapai oleh seluruh siswa.
3.
Cara
Peningkatan Motivasi Berprestasi
Menurut McClleland
dan Atkinson (1948), motivasi yang penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi
berprestasi, dimana seseorang cendrung berjuang untuk mencapai sukses atau
memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Tidak
mengherankan siswa yang motivasinya untuk berprestasi tinggi cenderung sukses
dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah (Wendt, 1955; French dan Tomas, 1958;
Kestenbaum, 1970). Meskipun demikian, rasanya tidak jelas yang manakah yang
menyebabkan, apakah motivasi berprestasi tinggi membuat sukses di sekolah, atau
sukses di sekolah (karena kemampuan atau faktor-faktor lain) membuat motivasi
berprestasi tinggi. Kenyatannya, satu sama lain saling mendukung.
a.
Motivasi
dan Orientasi Tujuan
Sejumlah siswa motivasinya terorientasi
pada tujuan pembelajaran (learning goals) atau penuntasan tujuan
(mastery goals), siswa yang lain berorientasi pada tujuan-tujuan penampilan
(performance goals) (Ames, 1992;
Dweck, 1986; Pintrich, Mark & Boyle, 1993). Siswa yang bekerja keras untuk
tujuan-tujuan pembelajaran cenderung mengambil
mata pelajaran sukar dan mencari tantangan, siswa dengan orientasi pada tujuan
penampilan memfokuskan pada upaya mendapatkan nilai-nilai bagus, mengambil mata
pelajaran mudah dan menghindari situasi yang menantang.
Implikasi paling penting dari penelitian tentang tujuan-tujuan belajar lawan tujuan-tujuan penampilan adalah bahwa guru hendaknya berusaha meyakinkan siswa bahwa maksud dari kerja akdemik adalah lebih terletak pada belajar bukan pada penampilan atau nilai.
Implikasi paling penting dari penelitian tentang tujuan-tujuan belajar lawan tujuan-tujuan penampilan adalah bahwa guru hendaknya berusaha meyakinkan siswa bahwa maksud dari kerja akdemik adalah lebih terletak pada belajar bukan pada penampilan atau nilai.
b.
Ketidakberdayaan
Belajar dan Pelatihan Atribusi
Satu bentuk ekstrim dari motivasi untuk
menghindari kegagalan disebut ketakberdayaan belajar atau learned
helplessness, yang
merupakan persepsi bahwa apapun yang dilakukan oleh seseorang, orang itu telah
ditakdirkan untuk gagal atau tidak berhasil. Dalam tatanan akademik,
ketakberdayaan belajar dapat dihubungkan dengan penjelasan stabil kegagalan.
Ketakberdayaan belajar ini dapat timbul
dari asuhan atau didikan anak (Hokoda & Flocinan, 1995) namun juga dapat
terjadi dari penggunaan penghargaan dan hukuman yang tidak konsisten yang
dilakukan guru, menyebabkan siswa yakin bahwa sedikit yang dapat mereka lakukan
agar berhasil. Ketakberdayaan belajar dapat dihindari atau dikurangi dengan
memberi siswa kesempatan untuk berhasil dengan langkah-langkah kecil, umpan
balik segera, dan yang paling penting harapan dan tindak lanjut yang konsisten
(Aldermen, 1990).
c.
Harapan
Guru dan Prestasi Belajar
Ada beberapa cara implisit yang dapat
digunakan para guru dalam mengkomunikasikan harapan-harapan positif dari siswa
mereka (atau menghindari harapan-harapan negatif).
-
Menunggu siswa untuk
merespon: Rower (1974) dan lain-lainnya telah mencatat bahwa guru bersedia
menunggu lebih lama untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari siswa terhadap siapa
guru itu memiliki harapan tinggi dibandingkan dengan saat menunggu siswa lain.
Waktu tunggu yang lebih lama dapat mengkomunikasikan harapan tinggi dan
meningkatkan prestasi siswa (Tobin, 1986, 1987).
-
Menghindari
pembedaan prestasi belajar di antara siswa yang tidak perlu. Misalnya hasil
evaluasi dan nilai hendaknya merupakan hal yang bersifat pribadi di antara
siswa dan guru mereka, bukan informasi untuk umum.
d.
Kecemasan
dan Prestasi Belajar
Kecemasan dapat menghambat kinerja
sekolah dalam beberapa cara (Naveh-Benjamin, 1991; Tobas, 1985). Siswa yang
cemas, cenderung memiliki kesadaran diri yang berlebihan dalam setting kinerja,
suatu perasaan yang dapat mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang
ditangani. Guru dapat menerapkan banyak strategi
untuk mengurangi dampak negatif kecemasan terhadap belajar dan kinerja.
Misalnya menciptakan iklim kelas yang menerima, nyaman dan non kompetitif,
memberi kesempatan siswa untuk membetulkan/memperbaiki pekerjaan mereka sebelum
dikumpulkan dan meniadakan tekanan waktu.
4.
Bagaimana
Guru dapat Meningkatkan Motivasi Siswa untuk Belajar
a.
Motivasi
Intrinsik dan Ekstrinsik
Sekolah perlu menerapkan berbagai macam
insentif ekstrinsik, mengingat bahwa motivasi intrinsik siswa umumnya menurun
mulai dari kelas-kelas awal sekolah dasar sampai sekolah menengah (Sethi,
Drake, Dialdin & Lepper, 1995). Rentangan ganjaran ekstrinsik dapat mulai
dari pujian, nilai pengakuan, hadiah atau penghargaan lain.
b.
Bagaimana
Guru dapat Meningkatkan Motivasi Instrinsik
Guru
dapat meningkatkan motivasi Intrinsik siswa dengan mengkaitkan materi pelajaran
dengan latar belakang budaya siswa. Atau dengan memberikan siswa beberapa
pilihan tentang apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka akan
mempelajari materi itu (Kohn, 1993; Stipek, 1993).
Satu
cara yang sangat bagus untuk meningkatkan minat siswa dalam suatu mata
pelajaran adalah penggunaan permainan atau simulasi. Teams Games Tournament
(TGT) misalnya dapat digunakan, permainan tim memberi kesempatan kepada teman
setim untuk saling membantu. Apabila seluruh siswa dikelompokkan ke dalam
tim-tim yang anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, seluruh tim
memiliki peluang sama baiknya untuk berhasil (Slavin, 1995).
c.
Prinsip-prinsip
dalam Pemberian Insentif untuk Belajar
-
Menyatakan
harapan dengan jelas
-
Pemberian
balikan yang jelas
-
Pemberian
balikan segera
-
Pemberian
balikan sering dilakukan
-
Peningkatan
nilai dan adanya motivasi intrinsic
5.
Bagaimana
Upaya Guru dapat Memberiakan Gajaran atas Kinerja,Upaya dan Peningkatan
Adapun upaya
guru yaitu :
a.
Penggunaan
Pujian secara efektif
Ganjaran kelas
termasuk pujian akan berfungsi paling efektif bila
ganjaran itu mengacu langsung pada kinerja, tugas, spesifik dan dapat
dipercaya.
b.
Penggunaan
Nilai sebagai Insentif
Balikan dan nilai dapat difungsikan sebagai
insentif. Metode umum dalam pemberian ganjaran kepada upaya adalah dengan
menghargai peningkatan siswa atas prestasinya yang lalu.
c.
Harapan-harapan
Belajar Individual
Program Individual Learning Expectations (ILE). Ide program ini adalah
menghargai siswa untuk peningkatan prestasi belajar. Program ILE menggunakan
kuis, skor dasar awal, point peningkatan balikan, sertifikat dan perhitungan
kembali skor dasar di samping nilai. Guru juga dapat menggunakan model belajar
kooperatif yang lebih menekankan struktur tujuan kooperatif daripada struktur
tujuan kompetitif dan memberikan ganjaran kepada upaya dan peningkatan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam
diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku
dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1988; Schunk, 1990). Dalam bahasa
sederhana, motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan arah
mana yang hendak anda perbuat.
2.
Teori-teori
motivasi diantaranya adalah teori pembelajaran behavioristik, teori kebutuhan
manusia, teori atribusi, dan teori harapan.
3.
Cara peningkatan motivasi berprestasi
adalah cendrung berjuang untuk mencapai
sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau
gagal,
4.
Cara peningkatan motivasi belajar siswa
adalah mengkaitkan materi pelajaran dengan
latar belakang budaya siswa, penggunaan permainan atau simulasi dll
5.
Cara guru memberikan penghargaan terhadap kinerja, upaya
dan perbaikan adalah dengan penggunaan pujian secara efektif, penggunaan
nilai sebagai intensif dan Program Individual Learning Expectations (ILE).
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dalam
makalah ini, adalah perlunya bagi setiap pendidik untuk mengetahui definisi dan
teori-teori dari motivasi, agar bisa memberikan motivasi yang berbeda untuk
masalah pendidikan yang berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1997). Social Learning Theory. New York: General Learning Pres
Slavin,R,E .(2005). Educational Phsycology Theory
and Practice Eight Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Slavin, R, E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori
dan Praktek Terjemahan oleh Marianto Samosir 2009. Jakarta : Indeks
http://sweetyhanna.wordpress.com/2013/04/29/motivasi-belajar Diakses tanggal 09 Oktober 2014
http://www.slideshare.net/yasinpasiran/teori-belajar-motivasi Diakses tanggal 09 0ktober 2014
No comments:
Post a Comment