Bismillahirrahmanirrahim
“Muslimah”
Oleh IMMawati Sujariati***
Semalam menitis air mata saya ketika
sahabat saya mengatakan “kitalah yang harus menjaga dan meneruskan
perjuangan ini sekalipun sahabat-sahabat yang sebelum ini bersama-sama kita
tidak lagi bergandeng tangan”. Sejenak saya rasakan susahnya bila mau menjadi
muslimah yang mau terus terlibat aktif dengan perjuangan. Bertambah susah lagi
bila sudah mempunyai suami dan anak,.....astagfirullahaladzim.....,bagaimana
saya bisa membina persepsi yang demikian,.....teringat saya pada satu ayat
Al-Qu’ran : “ Mereka itu adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian
mereka “ ( Al Baqarah 187 ). Justru seharusnya kedua-dua individu ini saling
bertolak ansur, kuat menguatkan dalam mengarungi medan perjuangan ini.
ALLAHUAKBAR,.... barulah akan tertunainya hasrat untuk melahirkan kehidupan
islami.
Lantas
saya coba untuk menyorot kembali sirah perjuangan orang-orang yang terdahulu.
Banyaknya muslimah yang saya jumpai mampu menjadi seorang istri dan pejuang
yang tangguh, di antaranya adalah isteri baginda rasulullah S.A.W sendiri,
Khadijah ra, memberikan segenap jiwa dan raganya demi perjuangan dakwah tanpa mengabaikan tugas-tugasnya sebagai
seorang istri sekaligus ibu kepada anak-anak Rasulullah s.a.w. karena itulah
kewafatannya amat dirasai dan ditangisi oleh baginda. Teman seperjuangan yang
hilangnya tiada ganti. Lalu saya coba untuk berfikir dimana kedudukan kita ???
Saya
teruskan pencarian saya dan saya temui sejarah wanita lain yaitu wanita ansar
yang diberkati; Nawwar binti malik. Janda tinggalan Tsabit bin Dahkak alkahazraji.
Ibu kepada pemimpin pakar qurra’, pakar faraid, mufti kota Madinah dan yang
paling masyhur sipenulis wahyu Rasulullah s.a.w. itulah Zaid bin Tsabit. Saya
tertegun bila membaca tentang bagaimana si ibu ini berlandaskan kecintaan
kepada agama yang mulia ini berjaya mendidik si anak sehingga menjadi insan yang
terbilang tanpa dia sendiri (gugur) daripada landasan perjuangan. Kemudian saya
coba mengambil ruh perjuangan tinggalan mujahidah perindu syurga ; khaulah
binti al azwar. Saya ingatkan pada diri saya kata-kata sang mujahidah sejati
ketika memberi kata-kata perangsang kepada sahabat-sahabatnya.” Wahai
sahabat-sahabatku yang sedang berjuang dijalan Allah, apakah kamu sanggup
menjadi tukang pijit orang-orang kafir ? apakah kamu sanggup menjadi hamba orang-orang
kafir yang dilaknati ? relakah kamu dihina dan dicaci oleh bangsa mereka yang
durjana itu ? dimanakah letaknya harga diri kamu sebagai seorang pejuang yang
katanya merindukan syurga ALLAH ? dimanakah letaknya kehormatanmu sebagai
seorang islam yang bertaqwa ? sesungguhnya mati itu lebih baik bagi kita
daripada menjadi hamba-hamba orang Qurais”.
Kata-kata
ini di ucapkan ketika mereka dikurung dalam satu peperangan sahura. Beliau
terus membakar semangat sahabat-sahabatnya sehingga akhirnya mereka satu suara
menentang pengawal-pengawal itu. Dan sebelum bertindak Khaulah telah berpesan “
Janganlah kamu sesekali gentar dan takut, kita semua harus bersatu dalam
perjuangan dan jangan ada yang terkecuali. Patahkan tombak mereka !!! Hancurkan
pedang mereka !!! Perbanyaklah takbir serta kuatkan hati !!! Insya Allah
pertolongan ALLAH sudah dekat. “
Kata
seorang penyair : ” wanita diciptakan bukan dari bagian kepala, karena dia
diciptakan bukan untuk menjadi pemimpin keluarga, dia juga diciptakan bukan
dari bagian kaki karena dia bukan untuk di pijak-pijak, akan tetapi dia
diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dengan hati karena untuk disayangi dan
di lindungi. “ Ya, kita diciptakan untuk berada disebelah si suami untuk
membantu perjuangannya, bukan untuk menjadi “ queen control “. Itulah
istimewanya wanita. Diangkat oleh islam dari tempat yang paling hina di zaman
jahiliah dahulu kala.
Saya
tidak mampu untuk mengulas panjang lebar karena saya bukan ahli dari golongan
mereka yang berstatus isteri, tetapi saya harus menulis untuk memberi pesanan
kepada diri dan untuk mematikan persepsi : “ bahwa seorang muslimah bila sudah
menikah, performancenya akan jadi slow “ “ muslimah sebelum menikah berjanji
tetap menjadi bagian dalam perjuangan tapi bila sudah menikah, lenyap dan lesap
dimamah oleh waktu”.
Sedih
betul saya bila mendengar bisikan-bisikan seperti ini. Membuatkan saya menjadi
takut, bimbang dan gelisah untuk bertemu dengan alam itu. Takut untuk menjadi
golongan yang disebut futur atau mutasaqit. Karena sekarang bukan mudah mencari
orang yang faham kehendak kita dan perjuangan. Sebenarnya muslimah ada pilihan,
dan mereka berhak untuk memilih. Cuma disana ada perbatasan yang tidak harus
dilupakan.
Saya
senang untuk melihat contoh-contoh didepan saya, muslimah yang walaupun sudah
berumah tangga tetapi tetap dekat dengan perjuangan. Terus berjuang sekalipun
diri bergelar seorang istri........., Wahai
muslimah,.... Pilihlah untuk menjadi yang paling bermanfaat, untuk
suami, anak-anak dan perjuangan melangsungkan rantaian dakwah tinggalan
Rasulullah !!!. itulah Muslimah sejati....
Mutiara kata : “Empat perkara diantara
kebahagiaan seseorang yaitu hendaklah isterinya seorang yang shalihah,
anak-anak yang baik, kawan-kawan yang jujur dan sumber rezeki dari negeri
sendiri” ( Riwayat Ad-Dailami ).
Billahi fii sabilil haq
fastabiqul khaerat
***Bendahara 1 PC.IMM Kota Makassar