Berbicara tentang guru, kita akan mendengar banyak persepsi. Ada yang menganggapnya seorang pahlawan, yang bergaji rendah, pemilik zaman karena katanya salah satu penentu keberhasilan peserta didiknya, atau apapun itu dari sudut pandang level terendah hingga kelevel tertinggi.
Seperti apapun persepsi orang lain tentang guru, bagi saya, menjadi seorang guru adalah sesuatu yang saya rindukan sejak masih berstatus pelajar tingkat sekolah dasar. Banyak lika liku untuk menjadi guru. Dari proses pendidikan yang lumayan berkelok, penuh perjuangan. Gimana tidak berjuang, jurusan IPS saat SMA malah bebas tes masuk jurusan Pendidikan Matematika, yang awalnya belajar debet kredit saldo, berubah jadi sin cos tan.
Tapi, setinggi apapun ombaknya, kita tetap harus berjuang menjadi pendidik yang dirindukan bukan ya? Pendidik yang kehadirannya ditunggu, meski mapel yang kita ajarkan sulit. Pendidik yang ketika baru datang setelah sehari izin para peserta didik bertanya, ustadzah dari mana? Ustadzah jarang saya lihat, dan ungkapan ungkapan cinta yang lainnya.
Menjadi pendidik yang dirindukan adalah menjadi pendidik yang mengajar dengan hati. Menjadi pendidik yang tidak sekedar transfer ilmu, tapi mentransfer Adab dan Akhlaq. Pendidik yang menerapkan surah As-Shaf Ayat 3
uã92 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB w cqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Melakukan sebelum meminta peserta didik melakukan dan menjauhi sebelum melarang peserta didiknya. Semoga kita senantiasa menjadi pendidik yang dirindukan oleh peserta didiknya. Aamiin